1.Terapi Humanistik
A. Konsep dasar Pandangan
Humanistik tentang kepribadian
Rogers meyakini bahwa manusia
dimotivasi oleh kecenderungan atau kebutuhan untuk mengaktualisasikan,
memelihara, dan meningkatkan dirinya. Kebutuhan ini bersifat bawaan sebagai
dasar kebutuhan jiwa manusia, yang meliputi kebutuhan fisik dan psikis.
Sebenarnya manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan lainnya namun itu semua tunduk
kepada kebutuhan yang satu ini. Kebutuhan lainnya itu adalah “positive regard
of others” dan “self regard”. Kedua kebutuhan ini bersifat dipelajari mulai
usia dini, yaitu ketika bayi mendapat curahan cinta kasih, perawatan, dan”
possitive regard” (penghargaan yang positif) dari orang lain (terutama orang
tua). Dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan dan minum,
serta mempertahankan organisme dari serangan luar, mak motif aktualisasi diri
memelihara organisme agar tetap survive. Disamping itu juga motif aktualisasi
ini berfungsi untuk mendorong perkembangan manusia melalui diferensiasi
organ-organ fisik, perkembanga fungsi-fungsi psikis, dan pertumbuhan seksual
masa remaja.
B. Unsur
Unsur terapi
1. munculnya
gangguan
Model
humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian
besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan
manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat
banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan
realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta
merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi
kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan
masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan
humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang
muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
2. Tujuan
Terapi
- Menyajikan
kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
- Menghapus
penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu klien
menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas
kesadaran diri.
-
Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan
sendiri.
3. Peran
Terapis
Menurut Buhler
dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang
mencakup hal-hal berikut :
•Mengakui
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
•Menyadari
peran dan tanggung jawab terapis
•Mengakui sifat
timbale balik dari hubungan terapeutik.
•Berorientasi
pada pertumbuhan
•Menekankan
keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
•Mengakui bahwa
putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
•Memandang
terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi
bagi tindakan kreatif dan positif.
•Mengakui
kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan
tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
•Bekerja kea
rah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
C. Tekhnik –
tekhnik terapi humansitik
Sepanjang
proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal menciptakan
hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif menantang dan
memahami klien. Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling
eksistensial-humanistik, yaitu:
1. Penerimaan
2. Rasa hormat
3. Memahami
4. Menentramkan
5. Memberi
dorongan
6.Pertanyaan
terbatas
7. Memantulkan
pernyataan dan perasaan klien
8. Menunjukan
sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
9. Bersikap mengijinkan untuk apa
saja yang bermakn
C.Tekhnik – Tekhnik Terapi
Teknik Terapi
- Penekanan awal pada refleksi perasaan
Roger menekankan pada pemahaman
klien, ia juga berpendapat bahwa sikap relasional therapist dengan klien
merupakan jantung atau pusat dari proses perubahan tersebut. Rogers beserta
lainnya mengembangkan pendekatan the person centered yang pada dasarnya adalah
pernyataan ulang yang sedrhana dari apa yang dikatakan klien.
- Evolusi metode person centered
Filosofi the person centered di
dasarkan pada asumsi bahwa klien memiliki akal untu bergerak positif tanpa
bantuan konselor. Salah satu hal utama dimana person centered therapy
berkembang adalah keragaman, inovasi, dan individualisasi dalam prakteknya (
cain, 2002a). cain (2002a, 2008) percaya bahwa penting bagi therapist untuk
memodifikasi gaya terapi untuk mengakomodasikan kebutuhan spesifik setiap
klien. Dalam jurnal yang ia tulis tentang person centered therapy, cain berkata
“ pemikiran saya telah berkembang dan sekarang termasuk integrasi person
centered, eksistensial, gestalt, dan konsep pengalaman serta respon terapi.
Kgunaan diri saya adalah ketika saya dapat melahirkan aspek untuk memungkinkan
adanya pertemeuan atauperjumpaan terhadap klien saya”. Dan hari ini yang
mempraktekkan pendekatan person centered menunujukkan kemajuan baik dalam
teori, prakte maupun gaya pribadi seseorang.
- Peran penilaian
Penilaian sering di pandang sebagai
prasyarat untuk proses tritmen. Beberapa kesehatan mental menggunakan berbagai
procedure penilaian termasuk diagnostic, identifikasi kekuatan klien dan
kewajiban pengerjaan test. Bukan lagi jadi pertanyaan tentang apakah penting
penilaian dimasukkan dalam praktek terapi tetapi tentang bagaimana melibatkan
klien semaksimal mungkin dalam proses penilaian tersebut.
- Penerapan filosofi dari pendekatan the person centered
Pendekatan the person centered telah
diterapkan untuk bekerja individu, kelompok maupun keluarga. Pendekatan the person
cetered juga telah terbukti sebagai terapi yang layah dan lebih berorientasi,
filosofi dasar dari the person centered memiliki penerapan untuk pendidikan SD
hinga lulus.
- Aplikasi untuk krisis intervensi
Pendekatan the person centered
terutama berlaku dalam krisis intervensi seperti kehamilan yang tidak
diinginkan, penyakit, peristiwa bencana dan kehilangan orang yang dicintai.
Dalam krisis intervensi seseorang yang mengalaminya butuh dorongan motivasi
dari orang-orang sekitarnya, kepedulian dan berusaha untuk menempatkan
posisinya. Meskipun kehadira dan kontak psikologis dengan orang yang peduli
dapat membawa banyak perubahan baik, namun dalam situasi tersebut seorang
therapist perlu menyediakan struktur dan arah yang lebih baik.
- Aplikasi untuk kelompok konseling
Pendekatan the person centered
menekankan peran unik dari kelompok konselor sebagai fasilitator dan bukan
pemimpin. Fasilitator harus menghindari membuat komentar nterpretatif karena
komentar tersebut cenderungmembuat diri kelompok sadar dan memperlihatkan
proses yang terjadi.
3. Logotherapi (frankl)
A. Konsep Dasar Tentang Kpribadian
Kerangka pikir teori kepribadian
model logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan
logoterapi kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat
sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup
bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami
hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran (reward) dari hidup yang
bermakna adalah kebahagiaan (happiness). Di lain pihak mereka yang tak berhasil
memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta
merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless). Selanjutnya akibat dari
penghayatan hidup yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut tidak
teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik neurosis)
mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism).
B. Unsur – Unsur Terapi
1. Munculnya Gangguan
Logoterapi inibiasanya dilakukan
untuk klien-klien yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), karena
biasanya orang yang stres akibat trauma cenderung menyalahkan dirisendiri
bahkan bisa ke resiko mencederai diri dan orang lain.
2. Tujuan Terapi
Tujuan dari logoterapi adalah agar
setiap pribadi:
a. memahami adanya potensi dan
sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari
ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
b. menyadari bahwa sumber-sumber dan
potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan.
c. memanfaatkan daya-daya tersebut
untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi
berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas
hidup yang lebih bermakna
3. Peran Terapis
Peranan dan Kegiatan Terapis
Menurut
Semiun (2006) terdapat beberapa peranan dan kegiatan terapis dapat dikemukakan
secara singkat di bawah ini.
1. Menjaga hubungan yang akrab dan
pemisahan ilmiah.
Terapis pertama-tama harus
menciptakan hubungan antara klien dengan mencari keseimbangan antara dua
ekstrem, yakni hubungan yang akrab (seperti simpati) dan pemisahan secara
ilmiah (menangani klien sejauh ia melibatkan diri dalam teknik terapi).
2. Mengendalikan filsafat pribadi
Maksudnya adalh
terapis tidak boleh memindahkan filsafat pribadi pada klien, karena logotherapy
digunakan untuk menangani masalah-masalah yang menyangkut nilai-nilai dan
masalah spiritual, seperti aspirasi terhadap hidup yang bermakna, makna cinta,
makna penderitaan, dan sebagainya.
3. Terapis bukan guru atau
pengkhotbah
Terapis adalah
seorang spesialis mata dalam pengertian bahwa ia memberi kemungkinan kepada
klien untuk melihat dunia sebagaimana adanya, dan bukan seorang pelukis yang
menyajikan dunia sebagaimana ia sendiri melihatnya.
4. Memberi makna lagi pada hidup
Salah satu tujuan
logotherapy adalah menemukan tujuan dan maksud keberadaannya. Kepada klien
bahwa setiap kehidupan memiliki potensi-potensi yang unik dan tugas utamanya
adalah menemukan potensi-potensi itu. Pemenuhan tugas ini memberi makna pada
kepada hidupnya.
5. Memberi makna lagi pada
penderitaan
Di sini, terapis
harus menekan bahwa hidup manusia dapat dipenuhi tidak hanya dengan menciptakan
sesuatu atau memperoleh sesuatu, tetapi juga dengan menderita. Manusia akan
mengalami kebosanan dan apati jika ia tidak mengalami kesulitan atau
penderitaan.
6. Menekankan makna kerja
Tugas terapis
adalah memperlihatkan makan pada pekerjaan itu sehingga nilai-nilai yang
dimiliki oleh orang-orang yang bekerja berubah. Tanggunga jawab terhadap hidup
dipikul oleh setiap orang dengan menjawab kepada situasi-situasi yang ada. Ini
dilakukan bukan dengan perkataan, melainkan dengan tindakan. Kesadaran akan
tanggung jawab timbul dari kesadaran akan tugas pribadi yang konkret dan unik.
7. Menekankan makna cinta
Tugas terapis
adalah menuntut klien untuk mencintai dalam tingkat spiritual atau tidak
mengacaukan cinta seksual dengan cinta spiritual yang menghidupi pengalaman
orang lain dalam semua keunikan dan keistimewaannya.
- Tekhnik – tekhnik Logotherapy
- Intensi Paradoksikal
Teknik intensi paradoksikal
merupakan teknik yang dikembangkan Frankl berdasarkan kasus kecemasan
antispatori, yaitu kecemasan yang ditimbulkan oleh antisipasi individu atas
suatu situasi atau gejala yang ditakutinya. Intensi paradoksikal adalah
keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
- Derefleksi
Derefleksi merupakan teknik yang
mencoba untuk mengalihkan perhatian berlebihan ini pada suatu hal di luar
individu yang lebih positif. Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi
diri yang ada pada manusia. Dengan teknik ini individu diusahakan untuk
membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tidak nyaman untuk
kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan
bermanfaat. Dengan berusaha mengabaikan keluahannya, kemudian mengalihkannya
pada hal-hal yang bermanfaat, gejala, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang
bermanfaat, gejala hyper intention akan menghilang (Bastaman, 1995).
- Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani adalah metode yang
khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada
penderitaan yang tidak dapat terhindarkan atau dalam suatu keadaan yang tidak
dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode
ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan
sikap positif terhadap penderitaanya dalam rangka menemukan makna di balik
penderitaan tersebut.
http://setiawanabdee.blogspot.com/2013/03/psikoterapi-person-centered-therapy.html
http://subuhsentosatrianto.wordpress.com/2014/04/13/tugas-psikoterapi-2-softskill/