Minggu, 27 April 2014

Tugas psikoterapi 2 softskill

1.Terapi Humanistik
A. Konsep dasar Pandangan Humanistik tentang kepribadian
Rogers meyakini bahwa manusia dimotivasi oleh kecenderungan atau kebutuhan untuk mengaktualisasikan, memelihara, dan meningkatkan dirinya. Kebutuhan ini bersifat bawaan sebagai dasar kebutuhan jiwa manusia, yang meliputi kebutuhan fisik dan psikis. Sebenarnya manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan lainnya namun itu semua tunduk kepada kebutuhan yang satu ini. Kebutuhan lainnya itu adalah “positive regard of others” dan “self regard”. Kedua kebutuhan ini bersifat dipelajari mulai usia dini, yaitu ketika bayi mendapat curahan cinta kasih, perawatan, dan” possitive regard” (penghargaan yang positif) dari orang lain (terutama orang tua). Dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan dan minum, serta mempertahankan organisme dari serangan luar, mak motif aktualisasi diri memelihara organisme agar tetap survive. Disamping itu juga motif aktualisasi ini berfungsi untuk mendorong perkembangan manusia melalui diferensiasi organ-organ fisik, perkembanga fungsi-fungsi psikis, dan pertumbuhan seksual masa remaja.
B. Unsur Unsur terapi
1. munculnya gangguan 
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
2. Tujuan Terapi
-  Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
- Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu klien     menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
-  Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
3. Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
•Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
•Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
•Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
•Berorientasi pada pertumbuhan
•Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
•Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
•Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
•Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
•Bekerja kea rah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
C. Tekhnik – tekhnik terapi humansitik
Sepanjang proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal menciptakan hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif menantang dan memahami klien. Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
1. Penerimaan
2. Rasa hormat
3. Memahami
4. Menentramkan
5. Memberi dorongan
6.Pertanyaan terbatas
7. Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
8. Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
9. Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakn
C.Tekhnik – Tekhnik Terapi
Teknik Terapi
  1. Penekanan awal pada refleksi perasaan
Roger menekankan pada pemahaman klien, ia juga berpendapat bahwa sikap relasional therapist dengan klien merupakan jantung atau pusat dari proses perubahan tersebut. Rogers beserta lainnya mengembangkan pendekatan the person centered yang pada dasarnya adalah pernyataan ulang yang sedrhana dari apa yang dikatakan klien.
  1. Evolusi metode person centered
Filosofi the person centered di dasarkan pada asumsi bahwa klien memiliki akal untu bergerak positif tanpa bantuan konselor. Salah satu hal utama dimana person centered therapy berkembang adalah keragaman, inovasi, dan individualisasi dalam prakteknya ( cain, 2002a). cain (2002a, 2008) percaya bahwa penting bagi therapist untuk memodifikasi gaya terapi untuk mengakomodasikan kebutuhan spesifik setiap klien. Dalam jurnal yang ia tulis tentang person centered therapy, cain berkata “ pemikiran saya telah berkembang dan sekarang termasuk integrasi person centered, eksistensial, gestalt, dan konsep pengalaman serta respon terapi. Kgunaan diri saya adalah ketika saya dapat melahirkan aspek untuk memungkinkan adanya pertemeuan atauperjumpaan terhadap klien saya”. Dan hari ini yang mempraktekkan pendekatan person centered menunujukkan kemajuan baik dalam teori, prakte maupun gaya pribadi seseorang.
  1. Peran penilaian
Penilaian sering di pandang sebagai prasyarat untuk proses tritmen. Beberapa kesehatan mental menggunakan berbagai procedure penilaian termasuk diagnostic, identifikasi kekuatan klien dan kewajiban pengerjaan test. Bukan lagi jadi pertanyaan tentang apakah penting penilaian dimasukkan dalam praktek terapi tetapi tentang bagaimana melibatkan klien semaksimal mungkin dalam proses penilaian tersebut.
  1. Penerapan filosofi dari pendekatan the person centered
Pendekatan the person centered telah diterapkan untuk bekerja individu, kelompok maupun keluarga. Pendekatan the person cetered juga telah terbukti sebagai terapi yang layah dan lebih berorientasi, filosofi dasar dari the person centered memiliki penerapan untuk pendidikan SD hinga lulus.
  1. Aplikasi untuk krisis intervensi
Pendekatan the person centered terutama berlaku dalam krisis intervensi seperti kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit, peristiwa bencana dan kehilangan orang yang dicintai. Dalam krisis intervensi seseorang yang mengalaminya butuh dorongan motivasi dari orang-orang sekitarnya, kepedulian dan berusaha untuk menempatkan posisinya. Meskipun kehadira dan kontak psikologis dengan orang yang peduli dapat membawa banyak perubahan baik, namun dalam situasi tersebut seorang therapist perlu menyediakan struktur dan arah yang lebih baik.
  1. Aplikasi untuk kelompok konseling
Pendekatan the person centered menekankan peran unik dari kelompok konselor sebagai fasilitator dan bukan pemimpin. Fasilitator harus menghindari membuat komentar nterpretatif karena komentar tersebut cenderungmembuat diri kelompok sadar dan memperlihatkan proses yang terjadi.
3. Logotherapi (frankl)
A. Konsep Dasar Tentang Kpribadian
Kerangka pikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat digambarkan sebagai berikut: Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam pandangan logoterapi kebahagiaan itu tidak datang begitu saja, tetapi merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran (reward) dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness). Di lain pihak mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless). Selanjutnya akibat dari penghayatan hidup yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut tidak teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik neurosis) mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis (conformism).
B. Unsur – Unsur Terapi
1. Munculnya Gangguan
Logoterapi inibiasanya dilakukan untuk klien-klien yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), karena biasanya orang yang stres akibat trauma cenderung menyalahkan dirisendiri bahkan bisa ke resiko mencederai diri dan orang lain.
2. Tujuan Terapi
Tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
a. memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
b. menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan.
c. memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna
3. Peran Terapis
Peranan dan Kegiatan Terapis
     Menurut Semiun (2006) terdapat beberapa peranan dan kegiatan terapis dapat dikemukakan secara singkat di bawah ini.
1. Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah.
Terapis pertama-tama harus menciptakan hubungan antara klien dengan mencari keseimbangan antara dua ekstrem, yakni hubungan yang akrab (seperti simpati) dan pemisahan secara ilmiah (menangani klien sejauh ia melibatkan diri dalam teknik terapi).
2. Mengendalikan filsafat pribadi
    Maksudnya adalh terapis tidak boleh memindahkan filsafat pribadi pada klien, karena logotherapy digunakan untuk menangani masalah-masalah yang menyangkut nilai-nilai dan masalah spiritual, seperti aspirasi terhadap hidup yang bermakna, makna cinta, makna penderitaan, dan sebagainya.
3. Terapis bukan guru atau pengkhotbah
    Terapis adalah seorang spesialis mata dalam pengertian bahwa ia memberi kemungkinan kepada klien untuk melihat dunia sebagaimana adanya, dan bukan seorang pelukis yang menyajikan dunia sebagaimana ia sendiri melihatnya.
4. Memberi makna lagi pada hidup
    Salah satu tujuan logotherapy adalah menemukan tujuan dan maksud keberadaannya. Kepada klien bahwa setiap kehidupan memiliki potensi-potensi yang unik dan tugas utamanya adalah menemukan potensi-potensi itu. Pemenuhan tugas ini memberi makna pada kepada hidupnya.
5. Memberi makna lagi pada penderitaan
    Di sini, terapis harus menekan bahwa hidup manusia dapat dipenuhi tidak hanya dengan menciptakan sesuatu atau memperoleh sesuatu, tetapi juga dengan menderita. Manusia akan mengalami kebosanan dan apati jika ia tidak mengalami kesulitan atau penderitaan.
6. Menekankan makna kerja
    Tugas terapis adalah memperlihatkan makan pada pekerjaan itu sehingga nilai-nilai yang dimiliki oleh orang-orang yang bekerja berubah. Tanggunga jawab terhadap hidup dipikul oleh setiap orang dengan menjawab kepada situasi-situasi yang ada. Ini dilakukan bukan dengan perkataan, melainkan dengan tindakan. Kesadaran akan tanggung jawab timbul dari kesadaran akan tugas pribadi yang konkret dan unik.
7. Menekankan makna cinta
    Tugas terapis adalah menuntut klien untuk mencintai dalam tingkat spiritual atau tidak mengacaukan cinta seksual dengan cinta spiritual yang menghidupi pengalaman orang lain dalam semua keunikan dan keistimewaannya.
  1. Tekhnik – tekhnik Logotherapy
  • Intensi Paradoksikal
Teknik intensi paradoksikal merupakan teknik yang dikembangkan Frankl berdasarkan kasus kecemasan antispatori, yaitu kecemasan yang ditimbulkan oleh antisipasi individu atas suatu situasi atau gejala yang ditakutinya. Intensi paradoksikal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
  • Derefleksi
Derefleksi merupakan teknik yang mencoba untuk mengalihkan perhatian berlebihan ini pada suatu hal di luar individu yang lebih positif. Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi diri yang ada pada manusia. Dengan teknik ini individu diusahakan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tidak nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan bermanfaat. Dengan berusaha mengabaikan keluahannya, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala hyper intention akan menghilang (Bastaman, 1995).
  • Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani adalah metode yang khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan atau dalam suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya dalam rangka menemukan makna di balik penderitaan tersebut.

http://setiawanabdee.blogspot.com/2013/03/psikoterapi-person-centered-therapy.html
            http://subuhsentosatrianto.wordpress.com/2014/04/13/tugas-psikoterapi-2-softskill/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar